-->

Minggu, 20 November 2016

Kritik Aksi Parade 19/11, Surat Terbuka Elisa Dihapus Facebook!



[portalpiyungan.info] Sebuah surat terbuka yang berisi keprihatinan Elisa Sutanudjaja akan kondisi bangsa yang semakin terpolarisasi akibat kasus Ahok ternyata membuat geger banyak pihak.

Surat berjudul Menanggapi keterlibatan Keuskupan Agung Jakarta pada Parade tanggal 19 November 2016 tersebut rupanya memicu kegelisahan pihak tertentu yang akhirnya mendesak Facebook menghapus postingan Elisa.

Berikut klarifikasi Elisa melalui blog pribadinya.

Pagi tanggal 19 November 2016, saya menuliskan status Facebook di bawah ini. Ternyata menarik banyak orang urun pendapat dan berdiskusi, namun ada juga yang tidak sepakat.

Sayangnya, belum juga berumur 24 jam, ada pihak2 yang melaporkan tulisan tersebut ke Facebook. Lalu saya mendadak terlogout dan keluar notifikasi dari Facebook Community. Dan lenyaplah postingan tersebut.

(Baca isi postingan surat terbuka Elisa di sini)

Banyak pihak mempertanyakan sikap Elisa yang menghubungkan Parade 19/11 dengan surat terbuka Elisa.

Inilah jawaban Elisa:

1. Alasan pertama sudah saya ungkapkan di atas

2. Namun bukan berarti saya tidak menyetujui kampanye kebhinnekaan, saya menyoroti dan mengkritisi sikap Uskup dan romo-romo dalam Parade 19 Nov yang menurut saya sangat berpotensi memperlebar polarisasi yg saat ini sudah sangat genting

3. Saya mulai meragukan misi Gereja Katolik (sebagai institusi), dengan membandingkan 2 hal, termasuk paska merenungi apa yang terjadi pada Romo Magnis seperti komentar Evi Mariani Sofian di bawah

[Evi Mariani Sofian menuliskan ini:

Romo Magnis (Franz Magnis-Suseno SJ, red) pada 2003 menulis kritik sangat keras pada Sutiyoso tentang penggusuran. 

Dua minggu lalu saya bertemu beliau dan Romo mengatakan sikap dia terhadap penggusuran masih sama. Menolak tegas. 
Hanya dia tidak mau dipolitisasi. 
Saya menghormati pilihan beliau. Saya kira Romo akan cukup bijak untuk tidak ikut parade hari ini karena beliau bisa melihat hari ini sarat politis, red]

4. Mengapa saya memilih Laudato Si dan bukannya ayat2? Jawabannya sangat mudah, Laudato Si sudah gamblang dan berkonteks sekarang, sementara ayat masih penuh tafsir. Mari bicara isi dan konteks masa kini.

5. Yang namanya Bhinneka itu bukan cuma SARA saja, golongan dan ekonomi termasuk. Tanpa Keadilan Sosial tidak ada Bhinneka Tunggal Ika.

Previous
Next Post »

Post Comment